Pencarian Blog

< Laskar Satoetoejoeh K-Link Larantuka>

0 Asal Usul Manusia Adonara Flores Timur NTT

Senin, 24 Maret 2014




Membaca sejarah tentang asal usul manusia Lamaholot yang ditulis oleh beberapa cendekiawan asal Flores Timur (Flotim), khususnya asal Adonara sangat menarik, terutama tulisan dari kakan kebelan DR. Chris Boro Tokan tahun 2008 yang lalu sangat menarik. Apalagi sejarah ini hanya didapat melalui kisah oral dari sesepuh adat yang ada di daratan pulau Adonara.

Namun dalam semua tulisan tentang manusia Adonara, tidak ada catatan tentang hubungan antara Pati Golo Arakiang yang menjadi penguasa Ile Mandiri dan sekitarnya dan Klake Ado Pehang beda yang menguasa Ile Boleng dan sekitarnya.
Menurut penuturan sesepuh adat Ile Boleng yang ada di desa Boleng (Lamanele Atawatan), Lamanele, Lamanele Bawah (Nobo) dan Lama Bajung, bahwa antara Pati Golo dan Ado Pehang merupakan dua saudara kandung yang datang dengan berlayar dari daerah Rera Gere (timur). Keduanya mendapat musibah di selat Boleng, mengakibatkan Ado Pehang terdampar di Lembata, tepatnya wilayah Waibaja Loang. Sementara adenya Pati Golo terbawa arus dan terdampar di Solor (daerah sekitar Pamangkayo depan Kota Larantuka sekarang. Dari Solor Pati Golo Melihat cahaya api yang muncul di atas puncak Ile Mandiri.
Dengan keahlian yang dimiliki, Pati Golo membuat perahu untuk menyeberang ke Larantuka, dan terus menyusuri kaki gunung Ile Mandiri menuju sumber api yang dilihatnya. Dan bertemulah dengan seorang putri Ile Mandiri yang merupakan titisan Rera Wulan yang kelak menjadi isterinya. Pati Golo memiliki sifat kepemimpin, walaupun dia adalah adik dari Ado Pehang Beda. Maka Jadilah raja Pati golo yang bergelar Arakiang merupakan pengakuan dari kerajaan di Sulawesi. Pati golo dan isterinya putri titisan Rera Wulan Ile Mandiri (Watowele) beranak pinak dan menurunkan raja-raja lainnya di Lamaholot yang dikenal dengan clan (suku) Demong.
Sebaliknya, Ado (Pehang) Beda yang terdampar di Waibaja (Loang) mengembara ke pedalaman Lembata. Dalam pengembaraan, menyusuri sungai Waibaja sampai ke pertengahan Lembata, beliau tidak menjumpai seorang manusia, di hulu sungai Waibaja, atau orang pedalaman Lembata (Boto, Atawuwur dan sekitarnya) menyebut Wai Raja, Ado Pehang Beda menanamkan sebatang pohon cendana, sebagai batas perjalanannya (katanya hingga kini masih ada).
Selanjutnya Ado Pehang beda kembali lagi ke Waibaja. Dan di sinilah dia melihat adanya cahaya api di puncak Ile Boleng. Dengan kemampuan yang dimiliki, Ado Pehang (Beda) membuat perahu dan menyeberang ke Adonara. Dalam penyeberangan Ado Pehang mendarat di sebuah selat kecil yang dikenal sampai sekarang dengan sebutan Wai Tolang, di bawah desa Tanah Boleng sekarang. Daerah yang penuh batu tidak menghalanginya untuk menemukan sumber cahaya api yang ada di atas gunung. Akhirnya dia menjumpai suatu tempat yang sangat bersih di bawah sebatang pohon yang sangat rindang.
Singkat cerita, ditempat inilah Ado Pehang bertemu dengan Sedo Boleng yang merupakan putri titisan Rera Wulan Ile Boleng. Atas ijin dan restu Rewa Wulan, Tanah Ekan keduanya menjadi suami istri, yang kelak disebut klake (blake) Ado Pehang Beda dan Kwae sedo Boleng). Keduanya juga beranak pinak hingga menurunkan clan (suku Paji).
Turunan klake Ado Pehang dan Kwae Sedo Boleng merupakan turunan Rae Kbelan (Anak Wruin) maka dalam perkembangannya mereka tidak mau dikuasai oleh turunan raja Pati Golo yang dianggap Rae Rabe Arik. Kelangsungan beranak pinak Klake Ado Pehang dan Kwae Sedo Boleng agaklah unik. Mereka memiliki keberanian yang mumpuni tetapi tidak mempunyai jiwa kepemimpin pemersatu, namun tetap hidup dalam keakraban yang kental. Anak pinak Pehang Beda akhir hidup dengan bekerja sebagai petani dan mengolah tanah hingga Wai Tolang tempat pendaratan Ado Pehang pertama kali.
Dari sini sebagian dari mereka menetap di pesisir atau lebih dekat dengan laut yang dikenal dengan istilah ata watan dan yang tetap dipedalamanan disebut Ata Kiwang (bukan Islam dan katolik). Perkembangan pelayaran semakin ramai, membuat manusia Ata Watan sering berhubungan dengan pendatang dari sina Jawa, Ternate Tidore dan Sulawesi. Karena cara hidup yang berbeda membuat Ata Watan pindah lagi ke pedalaman, kelompok ini akhirnya menyebar membentuk Lewo Tanah Boleng, Lamawolo, Lamahelang, Lewo Keleng, dan yang masih di puncak Ile Boleng turun dan menetap di Haru Bala, Nobo, dan agak kevutara menetap di Lama Bajung.
Manusia Ata Watan yang bisa berbaur dengan pendatang akhirnya pindah ke Boleng yang dianggap tempat yang cukup strategis untuk berlabuh perahu, juga berlindung. Penyebaran anak pinak Ado Pehang tidak sedikitpun mencerai pisahkan tali persaudaraan mereka hingga kini, karena setiap pesta budaya adat mereka selalu bersatu hingga kini.
Semakin ramainya hubungan dengan dunia luar terutama dari Ternate, Tidore dari timur serta sina Jawa dan Sulawesi dari barat dan utara membuat mereka mulai mengenal cara memimpin dan membentuk raja-raja kecil. Misalnya ada yang menjadi Raja Lama Hala, Raja Lama Kera, dan raja Terong (kerabat) sedangkan Raja Menaga, Lohayong merupakan turunan dari Pati Golo.
Sementara Turunan Ado Pati yang ada di Lamanele (Lamanele, Nobo dan Boleng (tetap dianggap Ata Kiwang) karena masih tetap berhungan erat dengan orang pedalaman tetap hidup damai dalam kesatuan adat dan budaya tradisional (perubahan dari adat budaya primitif) tetap menjadi ata kebelan dan tidak menjadi wilayah kekuasaan Raja Lamahala, Lamakera, Witihama dan raja-raja lainnya. Manusia Lamanela atau yang disebut manusia Ile Ae (depan gunung) tetap dianggap ata kebelan oleh raja-raja sekitarnya, baik raja-raja yang dikenal dengan sebutan Solor Watan Lema, maupun Raja Witi Hama, Adonara dan Sagu.
Kebesaran Ata Kebelan Lama Nele disebut Ata Kiwang termasuk Boleng bisa dibuktikan dengan perasasti sejarah hingga saat ini, seperti:
1. Mendamaikan/menghentikan perang antara Raja Lama Hala dan Raja Lama Kera. Peperangan ini tidak bisa didamaikan oleh raja raja dari turunan anak pinak Pati Golo, karena mereka merasa yang berperang adalah Ata Kebelan. dan mereka menyerahkan sepenuhnya kepada Kebelan Lamanele. Bukti sejarah hingga kini bisa disaksikan dengan dua buah benteng dari batu yang berdiri kokoh mengelilingi desa boleng yang dibangun oleh raja lamakera dan yang mengelilingi desa Lamanele Reren (sekarang Nobo) yang dibangun oleh Raja Lamahala.
2. Bukti prasasti lainnya adalah benda berbentuk naga yang terbuat dari emas tanah serta benda2 kuno lainnya yang masih tersimpan rapi di rumah adat Lamanele Reren (Nobo) merupakan hadiah dari para pendatang buat pembesar Lamanele walaupun bukan raja.
3. Atas persetujuan sesepuh adat Lamanele Reren dan Lamanele Blolon, sesepuh Boleng bisa menghentikan perang antara Paji dan Demong, sehingga terciptalah nama Adonara oleh anak pinak Pati Golo, bahwa pulau yang ada di depan Larantuka adalah milik Ado yang merupakan saudara dari Pati Golo. Ado adalah Ado Pehang sementara Nara adalah saudara.
4. Kehebatan manusia Lamanele tidak hanya di Adonara, tetapi sampai ke Lembata dan mampu meredam terjadinya peperangan di Lembata, sebagai hadianya, tanah di pesisir Wai Jarang hingga Wai Baja diserahkan kepada orang-orang Lamanela Ata Kiwan maupun Ata Watan. Kepemilikan tanah di Wai Jaran, Wewan Belan, Kwaka, Wai Baja di kabupaten Lembata hingga kini menjadi milik anak pinak Ado Pehang yaitu (orang Boleng di Wai Jarang, Wewan Belan, Wai Baja) sementara orang Lamanele Reren (Nobo) menguasai tanah di Kwaka.
Itulah sekelumit kisah orang yang saya dengar dari orang tuaku almarhum Bonto Ata Boleng, dan bapa Belan Gaen Roma Boli, yang merupakan anak cucu dari seorang tua yang beranak Asan Boleng yang merupakan teman akbar Raja Molo Gong. Walaupun tidak sempurna, namun bisa menjadi pijakan bagi panitia emebentukan kabupaten Adonara untuk menelusurinya.
Jadi kita semua satu, jangan ribut soal Heku Kebelan Heku Ata Ribu, tapi siapapun menjadi pimpinan Adonara kelak adalah saudara kita semua, maka mari bergandeng tangan untuk mewujudkan Adonara yang satu dalam sejahtera baik lahir maupun bathin. Tidak ada yang merasa menang dan tidak ada yang merasa kalah, semua satu, satu, satu untuk tanah Tadon Adonara.

Read more

0 Sejarah Adonara dan Solor

SEJARAH ADONARA :
Sejarah lokal Adonara terdokumentasikan dari abad keenam belas, ketika para pedagang dan misionaris Portugis mendirikan pos di dekat Pulau Solor. Pada saat itu Pulau Adonara dan pulau-pulau di sekitarnya dibagi di antara penduduk pesisir yang dikenal sebagai Paji, dan penduduk pegunungan yang disebut Demon. Para Paji mudah menerima Islam, sementara Demon cenderung di bawah pengaruh Portugis. Wilayah Adonara milik Paji mencakup tiga kerajaan, yaitu Adonara (berpusat di pantai utara pulau), Terong dan Lamahala (di pantai selatan). Bersama dengan dua kerajaan di Pulau Solor, Lohayong dan Lamakera, mereka membentuk sebuah persekutuan yang disebut Watan Lema ("lima pantai"). Watan Lema bekerja sama dengan VOC pada 1613 dan ditegaskan pada 1646. Kerajaan Adonara sendiri sering permusuhan dengan Portugis di Larantuka, Flores, dan tidak selalu taat kepada Belanda.
Pada abad kesembilan belas, penguasa Adonara di utara memperkuat posisinya di Kepulauan Solor; saat itu, ia juga menjadi penguasa bagian timur Flores dan Lembata. Wilayah Demon berdiri di bawah kekuasaan kerajaan Larantuka, yang berada di bawah kekuasaan Portugis sampai tahun 1859, ketika wilayah tersebut diserahkan pada Belanda. Kerajaan Larantuka dan Adonara dihapuskan oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1962.

Menurut sejarah lokal, keturunan dari raja-raja Adonara ini adalah termasuk:

ISLAM DI NTT BERMULA DI PULAU SOLOR
Umat Muslim merupakan minoritas di NTT (Nusa Tenggara Timur) yang mayoritas penduduknya penganut Kristen (Katolik dan Protestan). Namun sejarah keberadaan umat Muslim di kawasan itu telah berusia tua.
Islam pertama kali masuk wilayah NTT pada abad ke 15 di di Pulau Solor yang kini menjadi bagian dari Kabupaten Flores Timur. Seperti juga di daerah di Nusantara, Islam masuk daerah itu dibawa para pedagang.
Munandjar Widiyatmika (peneliti dan penulis buku sejarah Islam di NTT) mengatakan, penyebaran agama Islam pertama dilakukan seorang ulama pedagang dari Pelembang yang bernama Syahbudin bin Salman Al Faris yang kemudian dikenal dengan sebutan Sultan Menanga. “Dari sumber-sumber sejarah yang berhasil saya himpun, agama Islam masuk pertama kali di pulau Solor di Menanga pada abat ke-15 kemudian ke Ende dan Alor,” katanya dalam suatu wawancara terkait masuknya agama Islam pertama di NTT seperti dikutip tebuireng.org. Dalam perkembanganya kemudian, orang Islam juga datang ke NTT dari Sulawesi dan Bima (Sumbawa).
Menurut Munandjar, Solor menjadi daerah pertama penyebaran agama Islam di NTT karena letaknya strategis serta punya bandar-bandar penting di Pamakayo, Lohayong, Menanga dan Labala. Bandar-bandar itu sangat penting bagi kapal yang menunggu angin untuk melanjutkan pelayaran ke Pulau Timor dan Maluku.
“Masuknya agama Islam ini dibawa oleh pedagang sehingga sangat wajar kalau penyebarannya dilakukan mulai di sekitar bandar-bandar startegis yang banyak dikunjungi para pedagang Islam dari luar, dan Solor adalah daerah peristirahatan sebelum ke pusat penghasil cendana di Pulau Timor,” katanya.
Pada masa itu, Portugis juga membangun benteng di Pulau Solor karena Solor merupakan daerah yang paling tepat untuk berisiraharat sambil menunggu angin baik untuk melanjutkan perjalanan ke Pulau Timor.
Munandjar mengungkapkan, pola pendekatan yang dipakai perintis penyebar agama Islam asal Palembang itu adalah pendekatan kekeluargaan dan memegang tokoh-tokoh kunci daerah setempat. Di Solor misalnya, Syahbudin kawin dengan  seorang puteri raja Sangaji Dasi.  Raja itu menjadi orang pertama yang memeluk agama Islam di NTT dan kemudian diikuti anggota keluarganya.
Berkat pengaruh Sangaji Dasi, keluarga dan pengikutnya dengan mudah diajak menjadi pemeluk agama Islam, kata Munandjar yang adalah sosilog dan mantan pengajar di Universitas Nusa Cendana Kupang itu.
Demi kepentingan pengembangan agama Islam di Solor, Sultan Menanga kemudian ditempatkan di perbatasan antara kerajaan Lamakera dan Lohayong dan berhasil membangun kampung muslim pertama di Menanga. Di situ, Islam kemudian tersebar ke daerah lain seperti Alor, dan seluruh Flores, Timor dan Sumba.
Read more

0 Ramalan Zodiakmu

Ramalan zodiak terbaru tanggal 21,22,23 April 2014
Berikut update daftar ramalan zodiak terbaru zodiak hari ini.

Zodiak Aquarius tanggal 21,22,23 April 2014
Asmara : Jangan bertindak tanpa ada persetujuan darinya karena bisa menimbulkan masalah yang cukup rumit di kemudian hari.
Pekerjaan yang cocok : ARTIS,FOTOGRAFER,ARSITEK,SENIMAN,ILMUWAN,DOKTER,MODEL.
Karir : Anda perlu menerenungkan diri agar kebahagiaan yang terlalu indah ini. Jangan sampai membuat Anda menjadi lupa diri.
Kesehatan : Hindari makanan yang dilarang, sekalipun sangat menginginkannya sebaiknya dicegah agar penyakit itu tak timbul kembali.
Keuangan : Jika ingin tidak ada masalah sebaiknya pemborosan bisa dikendalikan. Hilangkan dulu membeli barang yg kurang penting.
Peruntungan: Simpanlah rahasia pribadi Anda rapat-rapat.

Zodiak Pisces tanggal 21,22,23 April 2014
Asmara : Jangan punya pikiran yang aneh-aneh. Jalani segalanya yang ada ini dengan perasaan gembira.
Pekerjaan yang cocok : ARTIS,DOKTER,POLISI,PENGACARA,MODEL,PRAMUGARI/PILOT,ARSITEK.
Karir : Tampung semua pendapat yang masuk. Pilih yang benar-benar sesuai dengan hati nurani Anda.
Kesehatan : Untuk sementara Anda hentikan olahraga yang terlalu berat dan menguras stamina.
Keuangan : Usaha lebih keras menambah pemasukan.
Peruntungan: Bersikaplah rileks, jangan terlalu dibuat tegang pikiran Anda

Zodiak Aries tanggal 21,22,23 April 2014
Asmara : Pertahankan suasana yang lebih indah dan menyenangkan ini dengan selalu menuruti segala keinginannya.
Pekerjaan yang cocok : PENYIAR RADIO,PENULIS,PENGACARA,DOKTER,POLISI,ARTIS,PILOT
Karir : Tak perlu memikirkan persoalan. Tak akan kunjung selesai dalam waktu yang singkat.
Kesehatan : Banyak minum air putih.
Keuangan : kantong kempes atau kosong.
Peruntungan: Introspeksi diri sendiri, terutama terhadap keputusan yang sering Anda buat

Zodiak Taurus tanggal 21,22,23 April 2014
Asmara : Berhati-hatilah karena sesuatu yang indah dan menyenangkan dapat rusak begitu saja hanya karena cemburu buta
Pekerjaan yang cocok : ARTIS,ARSITEK,PIALANG SAHAM,DESAINER,DOKTER,AKUNTAN.
Karir : Buat apa terburu-buru mengambil tindakan. Lakukan segalanya step by step agar hasilnya bisa lebih sempurna dan memuaskan.
Kesehatan : Pilek.
Keuangan : Ada penurunan.
Peruntungan: Di hari ini cobalah lebih banyak berdiam diri, istirahatlah secukupnya

Zodiak Gemini tanggal 21,22,23 April 2014
Asmara : Usahakan untuk selalu ceria walaupun masalah yang lagi Anda hadapi relatif berat.
Pekerjaan yang cocok : PENELITI,MUSIKUS,DOSEN,DOKTER,MOTIVATOR,ARTIS,PENGACARA.
Karir : Tetap saja bikin jengkel, walau begitu tetaplah optimis dan jangan campuradukkan masalah pribadi dengan pekerjaan.
Kesehatan : Harus rajin olahraga.
Keuangan : Pemasukan sama besar dengan pengeluaran.
Peruntungan: Lakukan hal-hal yang baru dan segar, jangan pakai pola lama.

Zodiak Cancer tanggal 21,22,23 April 2014
Asmara : Jangan terlalu mempermasalahkan persoalan yang sudah berlalu agar suasana bisa kembali harmonis dan tenang.
Pekerjaan yang cocok : PENGUSAHA,DOKTER,PSIKOLOG,PENGACARA,KONSULTAN,ARTIS,POLISI.
Kesehatan : Kondisi badan relatif masih prima. Hanya saja terkadang di pagi hari memang sering timbul pusing-pusing.
Keuangan : Terus bertambah
Peruntungan: Tetaplah mengalah, tak perlu terlalu terbawa emosi dan ingin melakukan semuanya dengan cepat

Zodiak Leo tanggal 21,22,23 April 2014
Asmara : Ada mulut usil yang sengaja ingin mengobok-obok hubungan asmara dengan dirinya, untuk itu tak perlu ditanggapi.
Pekerjaan yang cocok : POLITIKUS,SUTRADARA,PILOT,ARSITEK,PENGUSAHA,ARTIS,DOKTER.
Kari r : Dedikasi Anda kepada perusahaan telah diakui oleh atasan, walau begitu jangan keburu besar kepala dulu.
Kesehatan : Berpikirlah yang santai agar hidup ini akan terasa lebih ringan dan tidak sampai memusingkan.
Keuangan: Ngga ada pemasukan.
Peruntungan: Jangan cemas karena masih banyak yang menawari Anda untuk bekerja sama.

Zodiak Virgo tanggal 21,22,23 April 2014
Asmara : Pandai-pandailah mencari simpati dari hatinya yang cukup keras dan sulit untuk ditembus itu.
Pekerjaan yang cocok : PROGAMMER,DOKTER,PENGUSAHA,DOSEN,ARSITEK,ARTIS,MODEL.
Karir : Lakukan terus pembenahan di segala bidang sehingga tidak mengalami penurunan ataupun diam di tempat.
Kesehatan : Stamina lagi prima
Keuangan : Income di hari ini masih cukup tinggi dan segala kebutuhan penting dapat teratasi.
Peruntungan: Kejenuhan sudah mencapai ambang batas dan ini merupakan perilaku alam yang wajar

Zodiak Libra tanggal 21,22,23 April 2014
Asmara : Bicaralah yang baik-baik saja, bila perlu yang dapat menyenangkan hatinya. Jangan malah bikin sakit dan perasaannya jengkel.
Pekerjaan yang cocok : ARTIS,PEJABAT NEGARA,HAKIM,JURU BICARA,MC,DOKTER,PENGACARA.
Karir: Cobalah merenung beberapa saat. Pikirkan dengan sebaik-baiknya dan tak perlu terburu-buru mengambil keputusan.
Kesehatan : Jangan tergoda oleh promosi yang belum tentu cocok dengan kondisi badan Anda saat ini.
Keuangan : Jangan khawatir, semua beres
Peruntungan: Di hari ini tugas akan banyak terbengkalai jika tidak bisa konsentrasi dan terlalu menganggap remeh persoalan yang ada.

Zodiak Scorpio tanggal 21,22,23 April 2014
Asmara : Hadapilah semua ini dengan senyum dan penuh rasa syukur agar nikmat yang Anda rasakan bisa dilipatgandakan oleh-Nya.
Pekerjaan yang cocok : HAKIM,PEJABAT NEGARA,ILMUWAN,MOTIVATOR,ARTIS,DOKTER.
Karir : Posisi Anda semakin mantap meski begitu rintangan juga akan semakin besar menghambat Anda.
Kesehatan : Agak kurusan.
Keuangan : Tampak lancar-lancar saja dan tidak ada hambatan yang begitu berarti.
Peruntungan : Meskipun realita yang ada masih jauh dari harapan hati, sebaiknya Anda tak perlu terlalu menyesalinya

Zodiak Sagitarius tanggal 21,22,23 April 2014
Asmara : Ada masalah sepele yang timbul, akan tetapi jika tidak diselesaikan maka akan merembet kemana-mana.
Pekerjaan yang cocok : MODEL,PENGUSAHA,PEKERJA SOSIAL,DOSEN,PILOT,ARTIS,DOKTER.
Karir : Bersikaplah low profile sehingga tidak banyak musuh dan tentunya kawan akan bertambah banyak saja.
Kesehatan : Biasakan untuk makan di rumah dan jika terpaksa maka carilah makanan yang mengindahkan faktor kebersihan.
Keuangan: Baik-baik aja.
Peruntungan: Usaha Anda di hari ini tampak tidak mengalami masalah, begitu juga perbintangan Anda.

Zodiak Capricorn tanggal 21,22,23 April 2014
Asmara : Kesempatan bagi Anda untuk memperbaiki hubungan yang kurang mesra ini dengan perasaan sabar dan selalu mengalah.
Pekerjaan yang cocok : AKUNTAN,ARTIS,ARSITEK,DOKTER,MODEL,PILOT,PENGACARA.
Karir : Di saat ini Anda harus lebih memikirkan kepentingan diri sendiri.
Kesehatan: Butuh banyak istirahat.
Keuangan : Jangan terlalu royal. Tak perlu latah dan gampang membelanjakan uang untuk barang-barang yang kurang bermanfaat.
Peruntungan: Jangan berhenti untuk selalu berkreasi, walaupun secara fisik kurang begitu bergairah dan bersemangat

Sekian informasi Ramalan Zodiak Hari ini 21,22,23 April 2014. Semoga bermanfaat bagi Anda yang ingin mengetahui zodiak terbaru minggu ini.
Read more

0 Tarian India Terbaik 2

Minggu, 23 Maret 2014
Read more

0 Tarian India Terbaik

Read more

0 Chamak Chalo - Akon

Read more

0 Chamak Chalo Remix - Arjun

Read more

0 Kabhi-Kabhi Remix - Arjun

Read more

0 Tujhe Dekha Remix-Arju

Read more

3 SEJARAH KERAJAAN LARANTUKA

Sabtu, 22 Maret 2014


KERAJAAN LARANTUKA


Kerajaan Larantuka termasuk kerajaan yang tua, berusia sekira 700 tahun. Sistem pemerintahan mulai dikenal masyarakat Larantuka sejak abad ke-13. Sistem pemerintahan ini terdiri atas Raja, Pou Suku Lema dan Kakang Lewo Pulo. Raja adalah pemegang kekuasaan tertinggi adat dan pemerintahan. Pou Suku Lema yang berarti “Empu yang Lima” merupakan dewan mahkota yang memegang peranan sebagai penasehat Raja sekaligus menjalankan tugas-tugas legislatif. Kakang merupakan raja-raja kecil, memerintahkan kekakangan masing-masing yang bersifat otonom. Ini diperkuat catatan sejarah kekuasaan Kerajaan Majapahit. Saat itu Larantuka merupakan salah satu kerajaan yang berhasil ditaklukkan serdadu Majapahit yang dipimpin Patih Gajah Mada pada abad ke-14.

Sebelum ditaklukkan Majapahit, wilayah Larantuka dihuni suku asli Flores Timur yang dikenal sebagai suku Ile Jadi. Suku asli ini kemudian membaur dengan pendatang. Warga pendatang ini berasal dari berbagai tempat. Ada pendatang dari suku lain di sekitar wilayahnya yang terdampar karena perahu (tena) mereka terombang-ambing gelombang laut saat berlayar. Suku Keroko Puken merupakan salah satu suku tetangga yang bermigrasi ke Larantuka. Mereka berasal dari Pulau Lepan Batang di sekitar kawasan perairan laut Flores Timur yang telah tenggelam ke bawah permukaan air laut.

Ada pula suku pendatang dari Jawa beragama Hindu yang oleh masyarakat lokal disebut sebagai warga Sina Jawa. Mereka mulai masuk ke Larantuka pada masa kerajaan-kerajaan Hindu di Jawa pada abad ke-12.

Pendatang dari Bugis dan Makassar menyusul tiba di Larantuka pada abad ke-16. Suku Ambon kemudian menginjakkan kaki pula di wilayah ini pada abad ke-17. Petualang dan misionaris Portugis ikut menambah daftar jumlah pendatang. Mereka disertai imigran besar-besaran penduduk Melayu Kristen yang mengungsi ke Flores Timur saat kekuasaan Portugis di Malaka ditaklukkan Belanda tahun 1614.

Menurut tokoh Katolik Flores Timur, Drs. Bernardus Tukan, ada versi lain mengenai asal-usul Kerajaan Larantuka. Versi ini masih hidup dalam tradisi lisan rakyat Larantuka hingga sekarang. Kerajaan Larantuka dipercayai sebagai sebuah dinasti kekuasaan yang didirikan seorang pendatang dari Jawa bernama Pati Golo Arakiang. Sosok pendiri kerajaan ini disebut-sebut masih ada hubungannya dengan Majapahit. Ini khususnya dikaitkan dengan kata “pati” yang berasal dari “patih” dan “arkyan” yang berarti rakyat dalam bahasa kawi. Figur Pati Golo Arakiang disimbolkan sejajar dengan kedudukan seorang patih di Majapahit.

Pati Golo Arakiang didaulat suku Ile Jadi untuk mendirikan Kerajaan Larantuka. Ini berawal dari perkawinan Pati Golo Arakiang dengan Wato Wele Oa Dona. “Dari sini muncul keturunan baru suku asli Flores Timur. Ada tiga anak yang lahir dari perkawinan tersebut, yaitu Kudi Lelen Bala, Padu Ile, dan Lahalapan,” Tiga putra raja ini melahirkan generasi komunitas warga baru. Putra sulung raja, Kudi Lelen Bala, mewariskan keturunan yang kini dikenal sebagai orang Waibalun. Putra kedua, Padu Ile, menurunkan para raja Larantuka. Sementara putra bungsu raja, Lahalapan, melahirkan keturunan yang sekarang termasuk dalam komunitas Balela.

“Namun, Sira Demong Pagong Molang justru dianggap sebagai Raja Larantuka pertama. Sebab, raja inilah yang dinilai sebagai peletak dasar tata kelola pemerintahan kerajaan,” katanya.

Semula pusat pemerintahan bukan di Larantuka, tetapi di sebuah wilayah daratan bernama Lokea. Ada 10 wilayah kerajaan atau kekakangan (kakang schap) yang masing-masing dipimpin seorang kakang. Pendatang dari Jawa diberi lokasi pemukiman di daerah Lebao, dan suku pendatang Kroko Puken di Lewore dan Lohayong.

Komunitas Islam (kaum Paji) menghuni wilayah pesisir di sepanjang wilayah pantai (watan). Wilayahnya dikenal ada di Lembata, Adonara, Solor, dan Tanjung Bunga. Raja (kakang) Adonara menjadi pimpinan komunitas Islam ini.

“Pusat pemerintahan Kerajaan Larantuka kemudian pindah dari Lokea ke Larantuka,”

Perkembangan Agama Katolik di Pulau Solor dan Larantuka

Merunut catatan sejarah, pedagang Portugis mulai tinggal di Solor, sebuah pulau kecil lima killometer sebelum Larantuka, sejak 1520. Para pedagang rempah berkebangsaan Portugis tsb. tinggal di rumah-rumah sederhana. Oleh karena agamanya, mereka berdoa secara Katolik di sana. Baru pada 1561 empat pater Ordo Dominikan dikirim dari Malaka ke Solor.

Empat pater itu menetap di Solor, melayani pedagang-pedagang Portugis, dan mewartakan Injil ke penduduk lokal. Kehadiran orang asing yang menyebarkan agama baru tidak diterima begitu saja sehingga terjadi sejumlah perlawanan berdarah. Untuk melindungi diri dari serangan penduduk lokal, pada 1566 Pastor Antonio da Cruz membangun benteng di Lohayong (sekarang Kecamatan Solor Timur).

Terlepas adanya perlawanan pada awal misi, penyebaran agama Katolik di Kepulauan Solor (sekarang Kabupaten Flores Timur) terbilang sukses. Berdasarkan catatan Mark Schellekens dan Greg Wyncoll, penulis dan fotografer yang telah melakukan penelitian di Solor, di dalam banteng itu dibangun asrama, gereja, dan bahkan seminari. Pada tahun 1600 tercatat ada 50 siswa (seminaris) yang belajar menjadi rohaniwan Katolik. Bisa dipastikan inilah seminari Katolik pertama di Indonesia. Pada tahun yang sama, para misionaris perintis ini telah berhasil mendirikan 18 gereja di Solor dan sekitarnya.

Namun, kekuasaan Portugis tidak bertahan lama. Pada 27 Januari 1613 sebuah armada Belanda datang ke Solor. Kapten Manuel Alvares mengerahkan 30 orang Portugis serta seribu penduduk lokal untuk mempertahankan benteng di Lohayong. Portugis kalah setelah berperang selama tiga bulan. Pada 18 April 1613 benteng itu jatuh ke tangan Belanda yang lantas mengganti nama benteng menjadi Benteng Henricus. Pada tahun 1615 Belanda meninggalkan Lohayong, tetapi datang lagi tiga tahun kemudian. Entah kenapa, Belanda melepaskan benteng pada tahun 1630. Orang Portugis pun menempati kembali benteng tsb. hingga tahun 1646 ketika mereka diusir lagi oleh Belanda.

Bagsa Portugis ternyata selalu kalah dari Belanda meski jumlah pasukannya lebih banyak. Tentu saja, perang terus-menerus antara sesama penjajah ini membuat kekatolikan yang masih sangat muda tidak berkembang. Melihat suasana yang tidak kondusif tersebut, pater-pater Dominikan memindahkan markasnya ke Larantuka.

Selanjutnya, Larantuka yang berada di pinggir laut itu menjadi pusat misi Katolik di Nusa Tenggara Timur, kemudian Timor Timur, bahkan Indonesia. Misi di Larantuka lebih sukses karena ada traktat antara Belanda dan Portugis untuk membiarkan para pater Dominikan menyebarkan agama Katolik di Flores dan sekitarnya

Sejak itulah kebanyakan penduduk Flores mengenal kristianitas, dimulai dari Pulau Solor dan Larantuka di Flores Timur kemudian menyebar ke seluruh daratan Flores dan Timor. Dengan demikian, berbeda dari penduduk di daerah-daerah lain di Indonesia, mayoritas masyarakat Pulau Flores memeluk agama Katolik.

Meski kristianitas sudah dikenal sejak permulaan abad ke-16, kehidupan keagamaan di Pulau Flores memiliki pelbagai kekhasan. Bagaimanapun, hidup beragama di Flores –sebagaimana juga di berbagai daerah lainnya di Nusantara– sangat diwarnai unsur-unsur kultural yaitu pola tradisi asli warisan nenek-moyang. Di samping itu, unsur-unsur historis, yakni tradisi-tradisi luar yang masuk melalui para misionaris turut berperan pula dalam kehidupan masyarakat. Kedua unsur ini diberi bentuk oleh sistem kebudayaan Flores sehingga Vatter (1984: 38) menilai di beberapa tempat di Flores ada semacam percampuran yang aneh antara Kristianitas dan kekafiran.

Warisan Tradisi Bangsa Portugis

Bangsa Portugis membawa warna tersendiri bagi perkembangan sejarah agama Katolik di Flores Timur, yang meliputi Pulau Adonara, Solor dan Lembata yang telah berdiri sendiri menjadi sebuah daerah otonom baru. Kala itu, orang Portugis membawa seorang penduduk asli Larantuka bernama Resiona (menurut cerita rakyat merupakan penemu patung Mater Dolorosa yang terdampar di Pantai Larantuka) ke Malaka untuk belajar agama. Ketika kembali dari Malaka, Resiona membawa sebuah patung Bunda Maria, alat-alat upacara liturgis dan sebuah badan organisasi bernama Conferia, yang mengadakan politik kawin mawin antara kaum awam Portugis dengan penduduk setempat.

Pada 1665, Raja Ola Adobala dibaptis atau dipermandikan dengan nama Don Fransisco Ola Adobala Diaz Vieira de Godinho yang merupakan tokoh pemrakarsa upacara penyerahan tongkat kerajaan berkepala emas kepada Bunda Maria Reinha Rosari. Setelah tongkat kerajaan itu diserahkan kepada Bunda Maria, Larantuka sepenuhnya menjadi kota Reinha dan para raja adalah wakil dan abdi Bunda Maria.

Pada 8 September 1886, Raja Don Lorenzo Usineno II DVG, raja ke-10 Larantuka, menobatkan Bunda Maria sebagai Ratu Kerajaan Larantuka. Sejak itulah, Larantuka disebut dengan sapaan Reinha Rosari.

Pada 1954, Uskup Larantuka yang pertama, Mgr Gabriel Manek SVD mengadakan upacara penyerahan Diosis Larantuka kepada Hati Maria Yang Tak Bernoda. Pengembangan agama Katolik di wilayah itu, tidak lepas dari peran para Raja Larantuka, para misionaris, perkumpulan persaudaraan rasul awam (conferia), dan semua Suku Semana, serta para Kakang (Kakang Lewo Pulo) dan para Pou (Suku Lema).

Contoh ritual yang terus dilakukan tiap tahun hingga saat ini adalah penghayatan agama popular seputar “Semana Santa” dan Prosesi Jumad Agung atau “Sesta Vera”. Kedua ritual ini dikenal sebagai “Anak Sejarah Nagi” juga sebagai “Gembala Tradisi” di tanah Nagi-Larantuka. Ritual tersebut merupakan suatu masa persiapan hati seluruh umat Katolik secara tapa, silih, dan tobat atas semua salah dan dosa, serta suatu devosi rasa syukur atas berkat dan kemurahan Tuhan yang diterima umat dari masa ke masa dalam setiap kehidupannya. Doa yang didaraskan, pun lagu yang dinyanyikan selama masa ini menggunakan bahasa Portugis dan Latin.

Silsilah Raja-Raja Larantuka
1. Putri Ile Jadi (Putri Watowele yang kawin dengan Raja Pati Golo Arkyan)
2. Raja Padu Ile
3. Raja Sira Demong Pagamolang
4. Raja Mau Boli
5. Raja Sira Paing
6. Raja Sira Lanang
7. Raja Sira Napang
8. Raja Igo
9. Raja Adu Wuring
10. Raja Ado Bala
11. Raja Ola Ado Bala (tahun 1665 dipermandikan menjadi Katolik dengan nama Don Fransisco Diaz Viera de Godinho/DVG)
12. Don Gaspar I DVG (Nama asli: Raja Patih Goloh)
13. Don Manuel DVG (Nama asli: Raja Kuaka Douwo Ama. Karena masih kecil maka diwakili oleh Don Constantino Blanterang de Rosari / Raja Kone)
14. Don Andre I DVG (nama asli: Raja Pandai I)
15. Don Lorenzo I DVG
16. Don Andre II DVG
17. Don Gaspar II
18. Don Dominggo DVG (Raja Ence. Memerintah tahun 1877-1887)
19. Don Lorenzo II DVG (Raja Usi Neno. Memerintah tahun 1887-1904. Ia ditangkap Belanda dan dibuang ke Yogyakarta. Meninggal tahun 1910 di Yogya)
20. Wakil Raja Luis Blanterang de Rosari (1905-1906)
21. Triumvirat yang terdiri dari Payong Blanterang de Rosari, Emanuel Monteiro, dan Yohanes Blanterang de Rosari (1906-1912)
22. Wakil Raja Antonius Blanterang de Rosari (1919-1937)
23. Don Lorenzo III DVG (Raja Nua Usi. Memerintah tahun 1937-1962 dan merupakan raja terakhir Kerajaan Larantuka)



SEJARAH KERAAJAAN LARANTUKA

 PERNIKAHAN PUTRA RAJA

 BUNDA MARIA YG DINOBATKAN SBG RATU KERAJAAN LARANTUKA OLEH RAJA DON LORENZO VSINENO 2 DVG DAN MENYERAHKAN TONGKAT KERAJAAN PD PATUNG BUNDA MARIA(8 SEPT.1886)



 ISTRI KE 3 RAJA,DONA MARTINA KANENA XIMENES DASILVA YG KINI BERUSIA 90THN

 KELUARGA ISTANA

 ISTANA LARANTUKA NAMPAK DR DALAM

 TIM KESEBELASAN PERSEFTIM YG TAK LUPA MEMINTA BERKAT  PADA LEWOTANA,SAAT  MAU BERTANDING DI ELTARI CUP

 MERIAM PENINGGALAN BERSEJARAH TEPAT DI DEPAN ISTANA

 FOTO KELUARGA KERAJAAN



LARANTUKA adalah sebuah kerajaan turunan langsung dari "Pati Golo Ara Kian" dan Isterinya "Wato Wele Ata Utan". Pasangan purba ini diyakini sebagai manusia yang terlahir dari rahim gunung "Mandiri". Tercatat dalam sejarah, pada abad XI-XIII, antara Kerajaan Larantuka dan Kerajaan Majapahit telah terjadi kontak dagang yang sekaligus membawa pengaruh Hindu yang berkembang di Larantuka dan sekitarnya. Sedangkan pengaruh Islam terdapat di Lamahala, Terong, Adonara, dan sekitarnya. Kerajaan Larantuka adalah sebuah Kerajaan Tua, yang menurut taksiran telah berusia sekitar 700 tahun. Gelombang perpindahan suku-suku, baik yang berasal dari Barat maupun Timur dalam perkembangannya kemudian berbaur dalam proses perkawinan dan asimilasi kebudayaan. Dan akhirmya menjelma dalam ke dalam suatu ikatan sosial yang lebih besar meliputi seluruh wilayah Kepulauan Solor, dikenal dengan sebutan suku "Lamaholot", dan bahasa yang digunakan adalah bahasa "Lamaholot" dan juga adat istiadat "Lamaholot". Dalam sejarah Kerajaan Larantuka, hanya dapat satu dinasti yang memerintah sebagai Raja, yang kemudian menggunakan nama barat, Diaz Viera de Godinho (DVG).



 RITUS :
Upacara ritual pengorbanan hewan memiliki posisi yang cukup penting dan mempengaruhi berbagai struktur dan proses sosial pada bermacam lapisan sistem politik Flores Timur. Kohesi sosial dan legitimasi status sosial melalui ritus memiliki peranan khas dalam berbagai organisasi sosial-politik di Flores Timur (Graham, 1985:141). Selain dalam upacara ritual pembagian kakang, ritus juga tampak pada upacara penerimaan imigran Kroko Pukeng.
Ritus pengorbanan hewan yang pertama kali ditetapkan oleh Raja Sira Demong Pagong Molang ini dilaksanakan di setiap kampung (Lewo) oleh ‘panitia empat’ yang disebut suku raja (suku besar). (Istilah suku berasal dari kata Melayu. Istilah asli Flores Timur untuk menyebut suku adalah Ama atau Wung. Organisasi suku dalam kampung tidak sama tinggi kedudukan dan fungsinya. Pada prinsipnya, nama-nama suku ‘besar’ itu berkaitan erat dengan fungsi para kepala suku dalam upacara ritual pengorbanan hewan. Selain itu, mereka juga memangku kekuasaan duniawi ataupun yang berkaitan dengan dunia ilahi. Keempat suku itu adalah: Ama Koten, Ama Kelen, Ama Marang, dan Ama Hurint.
Dalam ritus pengorbanan hewan, Ama Koten memegang kepala hewan korban. Dia adalah kepala dari ‘panitia empat’, tuan tanah, dan memegang kekuasaan dalam kampung. Ama Kelen memegang bagian belakang hewan korban. Dialah yang bertugas mengurus hubungan dengan kampung-kampung lainnya dan mengatur masalah perang ataupun damai. Ama Marang bertugas membacakan doa, menceritakan sejarah asal usul (tutu rnaring usu-asa) untuk mendapat restu (ike kwaAt) dari kekuatan leluhur. Dialah yang bertugas menjaga tatanan adat dalam kampung. Ama Hurint bertugas membunuh hewan korban, meneliti urat hati hewan korban untuk meramal suatu kejadian. Ama Hurint dan Ama Marang juga bertugas memberi nasihat atau saran bila terdapat perbedaan pendapat antara Ama Koten dan Ama Kelen, mencari jalan keluar bersama-sama dengan pemuka-pemuka atau tua-tua yang disebut Kelake.

LEGENDA :
Berdasarkan legenda setempat, leluhur raja Larantuka disebut berasal dari perkawinan antara seorang tokoh pemersatu dari kerajaan Wehale Waiwiku dengan seorang tokoh wanita mistik berasal dari gunung Ile Mandiri.[10] Wanita tersebut disebut sebagai Tuan Ma yang tidak lain adalah Bunda Maria.[11] Karena terdapat sebuah arca (patung) Tuan Ma yang diyakini sebagai penjelmaan langsung dari Bunda Maria.[11] Menurut cerita legenda Resiona (seorang penduduk asli Larantuka) adalah penemu patung Mater Dolorosa atau Bunda Yang Bersedih yang terdampar di bibir Pantai Larantuka.[11] Konon, tujuan orang Portugis membawa Resiona ke Malaka adalah untuk belajar agama Katolik.[11]

Read more